Revolusi Industri adalah perubahan besar dalam
bidang produksi dengan tenaga mesin yang menggantikan tenaga manusia untuk
melakukan kegiatan produksi. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia),
Revolusi berarti “perubahan yang mendasar dalam suatu bidang” sedangkan
Industri berarti “kegiatan memproses atau mengolah barang dengan menggunakan
sarana dan peralatan (misal: mesin)”, jadi pengertian Revolusi Industri secara
sederhana yaitu Perubahan secara mendasar pada bidang produksi barang dengan
menggunakan peralatan baru.
Revolusi Industri ini pertama kali muncul di Inggris
melalui banyak percobaan yang dilakukan selama ± 50 tahun dan menghasilkan
penemuan-penemuan baru yang menggantikan tenaga manusia. Istilah Revolusi
Industri ini pertama kali dikenalkan oleh Friedrich Engels dan Louis-Auguste
Blanqui pada pertengahan abad ke-19. Perubahan karena Revolusi Industri ini
mempengaruhi kehidupan sosial, ekonomi dan politik masyarakat yang terkena
Revolusi Industri dan merubah kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkan,
pembagian sistem dan tata kerja Industri dan proses pemasarannya. Latar
belakang adanya Revolusi Industri adalah karena Inggris memiliki modal yang
cukup untuk mengembangkan Industri, kekayaan alam Inggris berupa barang
tambang, ketekunan masyarakat Inggris dalam mengambangkan alat teknologi
melalui penelitian ilmiah dan letak negara Inggris yang strategis di Laut
Atlantik yang merupakan jalur perdagangan Eropa-Amerika.
Pada pertengahan abad ke-19, Revolusi Industri
mencapai puncaknya setelah mengalami perkembangan. Sekitar tahun 1850, kemajuan
teknologi dan ekonomi mendapatkan momentum dengan berbagai perkembangan mesin,
diantaranya mesin tenaga uap, rel kereta api dan di akhir abad berkembang mesin
pembangkit listrik dan mesin kombusi dalam.
Proses Revolusi Industri di Eropa melalui beberapa
tahap perkembangan, yaitu :
1.
Domestic System (Tahap kerajinan rumah),
2.
Manufactur (industrialisasi/pembangunan pabrik),
3.
Factory System (Tahap industrialisasi peralatan produksi)
Revolusi Industri sendiri sampai ke Indonesia
sekitar abad ke-19 melalui para penjelajah Inggris dan Belanda yang berlayar
dan bertujuan untuk mencari rempah-rempah di Indonesia pada era Imperialisme
modern dan sekaligus menerapkan Industrialisasi di Indonesia. Revolusi ini tidak
mendapat penolakan dan perlawanan dari rakyat Indonesia karena pada saat itu
Indonesia masih di bawah kekuatan kolonial, akibatnya masyarakat dipaksa untuk
menerima sistem perubahan besar ini. Dan pada saat pemerintahan kolonial tersebut,
berbagai macam sistem diterapkan oleh pemerintah dan beberapa kaum majikan,
diantaranya ada culture stelsel, politik pintu
terbuka, politik etis dan sistem land rent.
Pada awal abad ke-18 dan ke-19, Indonesia yang saat
itu masih dalam pengaruh kekuasaan bangsa asing yaitu Belanda dan Inggris
membawa dampak dan perubahan yang cukup besar dalam kehidupan sosial dan
ekonomi masyarakat Indonesia, antara lain :
1.
Indonesia menjadi
daerah eksploitasi karena sumber daya alamnya yang bisa dimanfaatkan dan diperlukan
sebagai bahan baku industry bangsa Barat.
2.
Masuknya para pemodal
asing yang mendirikan pabrik-pabrik besar, seperti pabrik gula dan pabrik kopi.
3.
Mulai adanya sistem
pembagian kerja dengan berdirinya pabrik-pabrik yang ada.
4.
Mulai diadakan
pembangunan jalur darat secara besar-besaran oleh pemerintah kolonial di Pulau
Jawa untuk melancarkan mobilitas dan kegiatan perdagangan, terutama di
bidang transportasi kereta api.
5.
Terjadi urbanisasi
besar-besaran di kota-kota besar di Pulau Jawa terutama Jakarta dan Surabaya
untuk mendapatkan pekerjaan di Industri.
6.
Pemerintah kolonial
mengenalkan masyarakat Indonesia dengan teknologi canggih untuk melancarkan
produksi barang.
7.
Perubahan paham
Kapitalisme Muda (neo capitalism) yang berkembang
menjadi Kapitalisme Modern (modern capitalism).
Namun, dari dampak positif yang diberikan Revolusi
Industri ini kepada Indonesia juga ada dampak negatifnya, antara lain :
1.
Upah buruh yang
ditentukan oleh majikan tergolong rendah.
2.
Munculnya pertentangan
antara kaum proletar (buruh) dengan kaum borjuis (majikan).
3.
Kaum buruh menjadi
objek pemerasan kaum majikan dengan cara bekerja dengan waktu yang diperpanjang
atau dengan waktu hampir satu hari tetapi dibayar dengan upah rendah.
Dengan adanya dampak-dampak negatif tersebut, pemerintah
berusaha mengatur industri-industri tersebut agar dikelola dan diatur oleh
pemerintah supaya kepentingan-kepentingan buruh dapat terjamin. Keputusan
pemerintah ini juga mendorong munculnya paham sosialisme di Indonesia.
Dengan adanya dampak-dampak negatif tersebut,
pemerintah berusaha mengatur industri-industri tersebut agar dikelola dan
diatur oleh pemerintah supaya kepentingan-kepentingan buruh dapat terjamin.
Keputusan pemerintah ini juga mendorong munculnya paham sosialisme di
Indonesia.
Pengaruh Revolusi Industri di bidang Ekonomi pada
saat itu ditandai dengan pembangunan daerah-daerah industri yang
dilakukan secara besar-besaran dan berpengaruh tidak hanya pada kuantitas
barang yang produksi tapi juga pada kualitas barang yang ikut turut serta
mendorong masyarakat dan kaum borjuis untuk memperbaiki hasil produksi
mereka.
Pengaruh Revolusi ini di bidang politik juga dapat
dilihat dari adanya kesenjangan antara kaum proletar dengan kaum borjuis yang menimbulkan kesenjangan sosial,
munculnya paham-paham baru yang menggantikan atau melengkapi paham sebelumnya
telah ada, dan berkembangnya paham Liberalisme yang pada awalnya hanya
berkembang di Inggris ketika berlangsung Revolusi Agraria dan Revolusi Industri
ini.
Dalam bidang Sosial, Revolusi ini juga berpengaruh
bahkan sampai era Reformasi saat ini. Ini bisa dibuktikan dengan beberapa
kejadian yang setiap tahunnya selalu berulang, yaitu Demo Buruh. Demo Buruh
selalu dituntut oleh kaum buruh karena sejak masa awal pengaruh Revolusi
Industri di Indonesia, kaum buruh sudah menjadi objek pemerasan kaum majikan
dengan cara bekerja dengan waktu lebih tetapi dibayar dengan upah rendah. Ini
menunjukkan jika masyarakat menyikapi Revolusi Industri saat ini berbeda dengan
kaum buruh saat itu yang menganggap Revolusi Industri sebagai sebuah sistem. Di
era saat ini, Revolusi Industri sudah menjadi penyebab berbagai macam masalah
yang dituntut penyelesaiannya oleh kaum buruh, misalnya saja masih ada konflik
antara penetapan dan pemberian UMR bagi para buruh yang dinilai kurang sesuai
dengan penetapan jam kerja dan tenaga yang mereka gunakan untuk bekerja, kasus
lainnya juga ada masalah outsourcing atau sistem kerja kontrak yang juga
merugikan para pekerja yang sewaktu-waktu bisa diberhentikan dari pekerjaannya
dan para buruh juga menuntut agar sistem outsourcing ini bisa dihapuskan oleh pemerintah,
masalah lainnya juga yang paling banyak menyebabkan masyarakat Indonesia
menjadi pengangguran adalah kurangnya lapangan kerja bagi mereka yang kalah
saing dalam hal kualitas serta rendahnya rasa sadar diri untuk bisa menciptakan
peluang usaha dan bukannya hanya bergantung pada kaum borjuis sebagai penyedia
lapangan kerja. Permasalahan tersebut juga tidak lepas dari adanya kesenjangan
sosial antara kaum protelar dengan kaum borjuis yang berlangsung sejak awal
Revolusi Industri berpengaruh.
Revolusi Industri yang berkembang pada awal abad
ke-19 masih bisa kita rasakan saat ini, khususnya di bidang teknologi yang
semakin maju pesat dengan adanya penemuan-penemuan baru atau pengembangan
dari sistem/teknologi sebelumnya yang mempengaruhi kehidupan saat ini. Pesatnya
perkembangan IPTEK dan kualitas sumber daya manusia yang semakin mengejar
target juga tidak lepas dari Revolusi Industri. Berbagai alat transportasi
mulai dari jalur darat, laut dan udara selalu ada perkembangan seperti
berkembangnya satu sistem kereta api yang akan selalu diperbarui seiring dengan
bertambahnya pengetahuan manusia sebagai sumber daya yang memproduksi barang
tersebut sebagai contoh hasil pengembangan teknologi yang telah dirintis pasa
masa revolusi industri. Berbagai macam alat-alat canggih saat ini merupakan
bukti dari kemajuan teknologi yang telah dirintis sejak Revolusi Industri.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia di bidang
manufaktur diprediksi akan berada di posisi tiga besar setelah Tiongkok dan
India. Penjelasan tersebut disampaikan Komisaris Independen BCA dan Unilever
Indonesia Cyrillus Harinowo dalam acara diskusi Kebangkitan Industri Manufaktur
Indonesia di Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEE) Universitas Gadjah Mada (UGM).
"Saat ini Indofood, Wings, Mayora, Garuda Foods, ABC, Dua Kelinci, Teh
Sosro, Ultra Jaya adalah nama para pemain lokal yang semakin menggurita”.
Bangkitnya industri manufaktur Indonesia ditunjukkan dengan mulai menguasai
pangsa pasar dunia. Oleh karena itu, kekuatan ekonomi ini menjadi modal bagi
Indonesia untuk menuju ASEAN Economic Community pada tahun 2015. Kebangkitan
industri Indonesia telah terjadi dan jauh melampaui laporan Badan Pusat
Statistik (EPS). Industri makanan dan minumanpertumbuhannya telah mencapai
double digit Bidang industri otomotif mesin dan elektronik jugamengalamai
pertumbuhan pesat di atas 20 persen. la mengatakan, berdasarkan laporan BPS,
industri kayu, pulp, paper dan barang cetakan yang tidak mungkin mengalami
pertumbuhan negatif. Sebab pertumbuhhannya didorong oleh indutsri makanan dan
minunian, tekstil, eletronika dan farmasi untuk kebutuhan packaging. Namun
kenyataannya industri kayu di luar Jawa yang menggunakan HPH justru mengalami
penurunan. Sebaliknya industri kayu di Pulau Jawa bangkit dengan pesat.
"Salah satunya industri budidaya kayu sengon untuk dijadikan plywood,
hardboard yang sangat maju pesat". Dia kemudian mencontohkan perusahaan
Sinar Mas untuk minyak sawit, pulp and paper, properti dan industri keuangan
telah ekspansi ke Tiongkok dengan mendirikan 21 pabrik pulp and paper.
Lokasinya di Hainan dan Guangxi. "Sebagian besar pulp impor dari
Indonesia. Lewat Asia Pulp and Paper (APP). Mereka menjadi pemain nomor satu di
Tiongkok Mereka juga punya 4 pabrik di Kanada, dan masing-masing satu pabrik di
Amerika, Francis, dan Jerman”. Untuk industri tekstil, ia memilih mencontohkan
Sritex Solo yang telah membangun pabrik garmen dan unit spinning mill
(pemintalan). Sritex kini memiliki 123 unit spinning mill. Padahal untuk
membangun satu unit membutuhkan dana sedikitnya Rp 400 miliar. "Benang
saja, Tiongkok pesannya ke Sritex. Perusahaan ini juga membuat pesanan baju
pakaian militer Nato dan tentara Belanda.”
Industri manufaktur Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang
baik. Berdasarkan laporan statistik berjudul “International Yearbook of
Industrial Statistics 2016”, industri manufaktur di Indonesia dilaporkan telah
memberikan kontribusi hampir seperempat bagian dari produk domestik bruto (PDB)
nasional.
Bahkan Direktur Jenderal Orgaisasi Pengembangan Industri
Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNIDO) mengakui Indonesia sebagai negara urutan
ke-10 dunia di industri manufaktur. “Berdasarkan laporan UNIDO, saat ini
Indonesia berhasil mencapai rangking 10 besar negara industri manufaktur di
dunia atau top ten manufacturers of the world,” kata Li Yong dalam keterangan
tertulisnya, Jakarta, Senin, 16 Mei 2016.
Li Yong melihat industri di Indonesia cenderung bisa
bertahan di tengah gempuran ekonomi. Ia pun mengapresiasi kerja sama yang akan
dilakukan dengan UNIDO.
Kerja sama ini meliputi 13 Sektor. Saat ini baru ada 5
sektor yang tengah berlangsung. Namun, ke depannya 8 sektor lain juga akan
turut dikembangkan. Kerja sama di bidang Industri ini bernilai US$ 40 juta atau
setara dengan Rp 528 miliar.
Komitmen ini ditandai dengan penandatanganan
UNIDO-Indonesia Country Programme 2016-2020 oleh Menteri Perindustrian RI Saleh
Husin dengan Dirjen UNIDO Li Yong. Ke depannya, akan ada delapan proyek lagi
yang akan dikembangkan oleh Kementerian Perindustrian.
Nama
Kelompok:
· Annisa
Dian Pratiwi (20216940)
· Nafila
Qinananti A.R (25216287)
· Syafa
Devi Wicinda (27216216)
Referensi: