Pengertian Kepemimpinan
Leadership atau Kepemimpinan adalah
proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam
upaya mencapai tujuan organisasi. Cara alamiah mempelajari kepemimpinan
adalah "melakukannya dalam kerja" dengan praktik seperti pemagangan
pada seorang seniman ahli, pengrajin, atau praktisi. Dalam
hubungan ini sang ahli diharapkan sebagai bagian dari peranya memberikan
pengajaran/instruksi.
Kebanyakan
orang masih cenderung mengatakan bahwa pemimipin yang efektif mempunyai sifat
atau ciri-ciri tertentu yang sangat penting misalnya, kharisma, pandangan ke
depan, daya persuasi, dan intensitas. Dan memang, apabila kita berpikir tentang
pemimpin yang heroik seperti Napoleon, Washington, Lincoln, Churcill, Sukarno,
Jenderal Sudirman, dan sebagainya kita harus mengakui bahwa sifat-sifat seperti
itu melekat pada diri mereka dan telah mereka manfaatkan untuk mencapai tujuan
yang mereka inginkan.
Peranan
Kepemimpinan
Tiap oraganisasi yang
memerlukan kerjasama antar manusia dan menyadari bahwa masalah manusia yang
utama adalah masalah kepemimpinan. Kita melihat perkembangan dari kepemimpinan
pra ilmiah kepada kepemimpinan yang ilmiah. Dalam tingkatan ilmiah kepemimpinan
itu disandarkan kepada pengalaman intuisi, dan kecakapan praktis. Kepemimpinan
itu dipandang sebagai pembawaan seseorang sebagai anugerah Tuhan. Karena itu
dicarilah orang yang mempunyai sifat-sifat istimewa yang dipandang sebagai
syarat suksesnya seoran gpemimpin. Dalam tingkatan ilmiyah kepemimpinan
dipandang sebagai suatu fungsi, bukan sebagai kedudukan atau pembawaan pribadi
seseorang. Maka diadakanlah suatu analisa tentan gunsur-unsur dan fungsi yang
dapat menjelaskan kepada kita, syarat-syarat apa yang diperlukan agar pemimpin
dapat bekerja secara efektif dalam situasi yang berbeda-beda.
Fungsi yang utama adalah membantu kelompok
untuk belajar memutuskan dan bekerja secara lebih efisien dalam peranannya
sebagai pelatih seorang pemimpin dapat memberikan bantuan-bantuan yang khas.
Yaitu :
·
Pemimpin
membantu akan terciptanya suatu iklim sosial yang baik.
·
Pemimpin
membantu kelompok dalam menetapkan prosedur-prosedur kerja.
·
Pemimpim
membantu kelompok untuk mengorganisasi diri.
·
Pemimpin
bertanggung jawab dalam mengambil keputusan sama dengan kelompok.
·
Pemimpin
memberi kesempatan kepada kelompok untuk belajar dari pengalaman.
Selain itu, dalam ajaran Islam manusia juga
diciptakan sebagai khalifah (pemimpin) di bumi.
Salah
satu tugas manusia dijelaskan dalam surah al-Baqarah ayat 30:
وَإِذْ
قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا
أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ
بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Artinya: “Ingatlah
ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: “Sesungguhnya aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” mereka berkata: “Mengapa Engkau
hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan
padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji
Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya aku mengetahui
apa yang tidak kamu ketahui.”(QS. Al Baqarah [2]: 30)
Ayat
tersebut menjelaskan tentang rencana Allah Swt. menciptakan manusia adalah diberi
mandat sebagai khalifah atau wakil Allah Swt. untuk mengelola bumi. Untuk dapat
melaksanakan tugas tersebut dengan baik maka yang harus dilakukan adalah
bekerja dengan baik, bekerja dengan baik saja tentu tidak cukup tetapi juga
harus dengan semangat yang tinggi. Semangat inilah yang disebut dengan etos.
Ayat
lain yang juga menjelaskan tentang tugas manusia sebagai khalifah dijelakan
dalam surat Faathir ayat 39:
هُوَ
الَّذِي جَعَلَكُمْ خَلَائِفَ فِي الْأَرْضِ فَمَنْ كَفَرَ فَعَلَيْهِ كُفْرُهُ
وَلَا يَزِيدُ الْكَافِرِينَ كُفْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ إِلَّا مَقْتًا وَلَا
يَزِيدُ الْكَافِرِينَ كُفْرُهُمْ إِلَّا خَسَارًا
Artinya: “Dia-lah
yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi. Barangsiapa yang kafir,
Maka (akibat) kekafirannya menimpa dirinya sendiri. dan kekafiran orang-orang
yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya
dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah
kerugian mereka belaka.” (QS. Faathir [35]: 39)
Ayat
ini mengisyaratkan bahwa setiap orang bertugas membangun dunia dan berusaha
memakmurkannya dengan sebaik-baiknya sesuai dengan petunjuk Allah Swt. Apapun
fungsi dan kedudukannya dalam kehidupan sosialnya; apakah dia penguasa atau
rakyat biasa, penguasa atau pekerja, dan lain-lain. Manusia sejak awal telah
diberi potensi oleh Allah Swt. untuk dapat melakukan tugas tersebut. Dan
potensi itu tidak diberikan kepada makhluk selain manusia. Inilah yang
menjadikan manusia memperoleh kehormatan dibandingkan dengan makhluk yang lain.
Kesimpulan
Ditiap-tiap individu yang dilahirkan, sudah
sepantasnya apabila ia memiliki jiwa kepemimpinan. Bukan hanya untuk memimpin
orang lain, melainkan memimpin diri sendiri menuju sesuatu yang lebih baik dari
sebelumnya. Kepemimpinan juga jangan sampai disalah artikan. Memimpin bukan
hanya sekedar memberi perintah kepada yang lain, tetapi turut serta dalam komando
yang diperintahkan agar tercapainya suatu tujuan agar maksimal.
Sebagai mahasiswa, jiwa pemimpin merupakan
salah satu yang harus ada pada dirinya. Agar tidak mudah diperintah oleh orang
lain dan juga dapat mengarahkan ke hal yang lebih baik. Sebagai contohnya,
apabila terdapat kerja kelompok, dapat dipastikan salah satu dari anggota
tersebut memiliki jiwa kepemimpinan yang lebih menonjol, sehingga dapat
menuntun teman-temannya agar pekerjaan terselesaikan dengan baik dan maksimal.
Dan anggota kelompok lainnya yang tidak begitu menonjol jiwa kepemimpinannya,
dapat memberi saran yang dapat membuat pekerjaan jauh lebih baik lagi. Ketua
kelompokpun sudah seharusnya menyaring saran dan masukan yang terbaik dari
anggota kelompoknya. Hal yang harus dihindari apabila merasa jiwa pemimpinnya
lebih menonjol adalah, memberi perintah kepada yang lain tapi dirinya sendiri
tidak melakukan pekerjaan apapun. Atau dengan kata lain, melemparkan tugas
kepada anggota karena ia merasa menjadi pemimpin yang tidak harus ambil pusing
dengan kegiatan yang lain.
Referensi: