Friday 14 April 2017

Kemiskinan dan Kesenjangan Sosial-Ekonomi

Pengertian Kemiskinan

Kemiskinan adalah keadaan di mana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan.
Kemiskinan juga dapat didefinisikan menurut dua pendekatan. Kemiskinan absolut dan kemiskinan relatif. Kemiskinan absolut diukur dengan suatu standart tertentu, sementara kemiskinan relatif  bersifat kondisional, biasanya membandingkan pendapatan sekelompok orang dengan pendapatan kelompok lain. Sedang kemiskinan absolut adalah sejumlah penduduk yang tidak mampu mendapatkan sumber daya yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar. Mereka hidup di bawah tingkat pendapatan riil minimum tertentu- atau mereka berada di bawah garis kemiskinan internasional.
Pemahaman utama kemiskinan mencakup:
·         Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan dasar.
·         Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial, ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat. Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi. Gambaran kemiskinan jenis ini lebih mudah diatasi daripada dua gambaran yang lainnya.
·         Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai. Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik dan ekonomi di seluruh dunia. Gambaran tentang ini dapat diatasi dengan mencari objek penghasilan di luar profesi secara halal. Perkecualian apabila institusi tempatnya bekerja melarang.


Penyebab Kemiskinan
  1. Penyebab individual, atau patologis, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin. Contoh dari perilaku dan pilihan adalah penggunaan keuangan tidak mengukur pemasukan.
  2. Penyebab keluarga, yang menghubungkan kemiskinan dengan pendidikan keluarga. Penyebab keluarga juga dapat berupa jumlah anggota keluarga yang tidak sebanding dengan pemasukan keuangan keluarga.
  3. Penyebab sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan sekitar. Individu atau keluarga yang mudah tergoda dengan keadaan tetangga adalah contohnya.
  4. Penyebab agensi, yang melihat kemiskinan sebagai akibat dari aksi orang lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi. Contoh dari aksi orang lain lainnya adalah gaji atau honor yang dikendalikan oleh orang atau pihak lain. Contoh lainnya adalah perbudakan.
  5. Penyebab struktural, yang memberikan alasan bahwa kemiskinan merupakan hasil dari struktur sosial.


Garis Kemiskinan

Peta berdasarkan CIA World Factbook yang menunjukkan persentase penduduk suatu negara yang hidup di bawah garis kemiskinan resmi negara tersebut.
Garis kemiskinan atau batas kemiskinan adalah tingkat minimum pendapatan yang dianggap perlu dipenuhi untuk memperoleh standar hidup yang mencukupi di suatu negara. Dalam praktiknya, pemahaman resmi atau umum masyarakat mengenai garis kemiskinan (dan juga definisi kemiskinan) lebih tinggi di negara maju daripada di negara berkembang.
Hampir setiap masyarakat memiliki rakyat yang hidup dalam kemiskinan. Garis kemiskinan berguna sebagai perangkat ekonomi yang dapat digunakan untuk mengukur rakyat miskin dan mempertimbangkan pembaharuan sosio-ekonomi, misalnya seperti program peningkatan kesejahteraan dan asuransi pengangguran untuk menanggulangi kemiskinan.


Dampak Kemiskinan

a. Kriminalitas

Salah satu faktor terjadinya kriminalitas adalah kemiskinan,mengapa? Karena saat seseorang tidak mempunyai penghasilan sementara dia harus memenuhi kebutuhan hidupnya, maka ia akan melakukan berbagai hal termasuk tindakan kriminal,seperti pencurian, perampokan bahkan hingga pembunuhan.

b.Tingkat pendidikan rendah

Dampak lain dari kemiskinan yaitu tingkat pendidikan yang rendah, hal ini dikarenakan pendidikan itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit,dan pasti akan menyulitkan rakyat miskin,walaupun pemerintah sudah memberikan berbagai bantuan bahkan hingga pendidikan gratis dari sd hingga sltp hingga saat ini,tapi tetap saja belum memaksimalkan pendidikan untuk kalangan miskin,dan hal ini akan terus berdampak pada meningkatnya kemiskinan jika tingkat pendidikan tetap rendah.

c.Tingkat kesehatan rendah dan meningkatnya angka kematian

Kemiskinan juga menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan sehingga membuat tingginya angka kematian,hal ini dikarenakan biaya untuk kesehatan. Kemiskinan juga menyebabkan buruknya kesehatan pada bayi dan balita yang membutuhkan banyak asupan gizi,sedangkan orang tua mereka tidak mempunyai biaya yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tersebut,sehingga banyak terdapat bayi yang lahir cacat karena kurangnya asupan gizi saat dalam kandungan, serta banyak balita hingga anak usia pertumbuhan terkena busung lapar,dikarenaka tidak memadainya asupan makanan mereka,tentu saja kita sudah tahu tentang hal ini dari berita-berita di media massa.


Pengertian Kesenjangan Sosial Ekonomi
Sebuah gejala yang timbul di dalam masyarakat karena adanya perbedaan batas kemampuan finansial dan yang lainnya diantara masyarakat yang hidup disebuah lingkungan tertentu. Kesenjangan ini biasanya dimulai dari kesenjangan ekonomi yang kemudian menjadi kesenjangan sosial ekonomi. Dimana terjadi suatu kesenjangan (perbedaan) yang mudah dilihat dengan mata telanjang.
Salah satu contohnya adalah kesenjangan yang bisa dilihat dan banyak terjadi adalah kesenjangan yang terjadi di antara masyarakat yang tinggal di dalam sebuah komplek perumahan mewah dengan masyarakat yang tinggal di luar atau sekitar komplek perumahan mewah tersebut. Dimana dalam kondisi seperti itu, kita dapat melihat dengan jelas adanya perbedaan yang sangat signifikan antara kedua kelompok masyarakat tersebut, yang pada kenyataannya tinggal berdekatan (berdampingan) antara satu dengan yang lainnya.

Sejumlah penelitian menyebut bahwa kesenjangan adalah masalah sosial yang semakin berkembang. Kesenjangan yang terlalu besar cenderung merugikan karena kesenjangan pendapatan dan pemusatan kekayaan mampu menghambat pertumbuhan jangka panjang. Penelitian statistik awal yang membandingkan kesenjangan dengan pertumbuhan ekonomi tidak menghasilkan kesimpulan apa-apa.Pada tahun 2011, peneliti Dana Moneter Internasional menunjukkan bahwa kesetaraan pendapatan yang lebih besar—berkurangnya kesenjangan—meningkatkan durasi pertumbuhan ekonomi sebuah negara dengan lebih cepat dibandingkan perdagangan bebas, korupsi pemerintah rendah, investasi asing, atau utang luar negeri rendah

Faktor-Faktor Penyebab Kesenjangan Sosial Ekonomi:
  •          Menurunnya pendapatan per kapita
  •          Ketidakmerataan pembangunan antar daerah
  •          Rendahnya mobilitas sosial
  •          Pencemaran lingkungan alam
  •          Biaya pendidikan mahal
  •          Tingginya pengangguran
  •          Lahirnya ideologi kapitalis
  •         Hilangnya asas gotong royong



Dampak Kesenjangan Sosial dan Ekonomi:
  •          Angka kriminalitas tinggi
  •          Kemiskinan semakin menyebar
  •          Putus sekolah
  •          Kualitas kesehatan menurun
  •          Tidak terjalinnya silaturahmi




Pendapat Mengenai Kemiskinan dan Kesenjangan Sosial Ekonomi
Menurut kelompok kami, kemiskinan di Indonesia cukup tinggi. Hal tersebut disebabkan karena rendahnya pengetahuan serta pendidikan di Indonesia. Selain itu kemamuan untuk mengolah sumber daya alam serta sumber daya manusia di Indonesia masih kurang. Sehingga banyak potensi yang seharusnya menjadi sumber pendapatan bagi negara terabaikan atau tidak terjamah. Kurangnya keterampilan dalam bekerja juga menjadi faktor lain, dan dapat menyebabkan tingkat pengangguran yang cukup tinggi sehingga kemiskinan semakin tidak terhindarkan. Karena kemiskinan tersebut, secara tidak langsung, kesenjangan sosial ekonomipun tercipta. Dan menghasilkan masalah-masalah yang baru. Kesenjangan sosial ekonomi itu sendiri berarti jarak atau perbedaan. Jarak atau perbedaan disini bermaksud jarak antara si kaya dan si miskin. Hal yang menyebabkan kesenjangan disini tidak lain tidak bukan adalah pendapatan atau kekayaan seseorang atau sekelompok orang.
Sebagai contoh, dapat kita lihat di pinggiran kota-kota besar yang ada di Indonesia. Seperti di pinggiran kota Jakarta, masih banyak bangunan-bangunan liar yang berdiri di tanah pemerintah. Yang seharusnya tanah tersebut tidak ada bangunan di atasnya. Daerah-daerah tersebut bisa dikatakan sebagai slum area. Slum area tercipta karena pendatang dari luar kota tidak mampu bersaing di kota Jakarta. Hal ini sangat berbeda dengan komplek perumahan yang berada di pusat kota.











Langkah Mengatasi Masalah Kemiskinan dan kesenjangan ekonomi sosial di Indonesia :

Pemerintah perlu membuat ketegasan dan kebijakan yang lebih membumi dalam rangka menyelesaikan masalah kemiskinan ini. Beberapa langkah yang bisa dilakukan diantaranya adalah :

1.   menciptakan lapangan kerja yang mampu menyerap banyak tenaga kerja sehingga mengurangi pengangguran. Karena pengangguran adalah salah satu sumber penyebab kemiskinan terbesar di indonesia.

2.   Menghapuskan korupsi. Sebab korupsi adalah salah satu penyebab layanan masyarakat tidak berjalan sebagaimana mestinya. Hal inilah yang kemudian menjadikan masyarakat tidak bisa menikmati hak mereka sebagai warga negara sebagaimana mestinya.

3.   Menggalakkan program zakat. Di indonesia, islam adalah agama mayoritas. Dan dalam islam ajaran zakat diperkenalkan sebagai media untuk menumbuhkan pemerataan kesejahteraan di antara masyarakat dan mengurangi kesenjangan kaya-miskin. Potensi zakat di indonesia, ditengarai mencapai angka 1 triliun setiap tahunnya. Dan jika bisa dikelola dengan baik akan menjadi potensi besar bagi terciptanya kesejahteraan masyarakat.

4.   Menjaga stabilitas harga bahan kebutuhan pokok. Fokus program ini bertujuan menjamin daya beli masyarakat miskin/keluarga miskin untuk memenuhi kebutuhan pokok terutama beras dan kebutuhan pokok utama selain beras. Program yang berkaitan dengan fokus ini seperti :   
·         Penyediaan cadangan beras pemerintah 1 juta ton 
·         Stabilisasi/kepastian harga komoditas primer

5.   Meningkatkan akses masyarakat miskin kepada pelayanan dasar. Fokus program ini bertujuan untuk meningkatkan akses penduduk miskin memenuhi kebutuhan pendidikan, kesehatan, dan prasarana dasar. Beberapa program yang berkaitan dengan fokus ini antara lain :
·         Penyediaan beasiswa bagi siswa miskin pada jenjang pendidikan dasar di Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)
·         Beasiswa siswa miskin jenjang Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah (SMA/SMK/MA)
·         Beasiswa untuk mahasiswa miskin dan beasiswa berprestasi;
·         Pelayanan kesehatan rujukan bagi keluarga miskin secara cuma-cuma di kelas III rumah sakit.
6.  Menyempurnakan dan memperluas cakupan program pembangunan berbasis masyarakat. Program ini bertujuan untuk meningkatkan sinergi dan optimalisasi pemberdayaan masyarakat di kawasan perdesaan dan perkotaan serta memperkuat penyediaan dukungan pengembangan kesempatan berusaha bagi penduduk miskin. Program yang berkaitan dengan fokus ketiga ini antara lain :
·         Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) di daerah perdesaan dan perkotaan
·          Program Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah
·         Program Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus
·         Penyempurnaan dan pemantapan program pembangunan berbasis masyarakat.


Nama Kelompok:
  • Annisa Dian Pratiwi (20216940)
  • Nafila Qinananti A.R (25216287)
  • Syafa Devi Wicinda (27216216)


Daftar Pustaka:


Pertumbuhan Ekonomi Provinsi DKI Jakarta 5 Tahun Terakhir



Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2013
Besaran PDRB DKI Jakarta tahun 2013 atas dasar harga konstan mencapai 477,3 triliun rupiah naik 27,5 triliun rupiah dibandingkan tahun 2012 (sebesar 449,8 triliun rupiah), sehingga secara total pertumbuhan ekonomi tahun 2013 sebesar 6,11 persen sedikit lebih lambat dibandingkan tahun 2012 yang mencapai 6,53 persen.
Sumbangan pertumbuhan tertinggi (1,43 poin) diberikan oleh sektor pengangkutan dan komunikasi yang tumbuh sebesar 10,84 persen. Sektor keuangan-real estat-jasa perusahaan sebagai sektor dominan di Jakarta tumbuh sebesar 5,17 persen dan menyumbang pertumbuhan sebesar 1,42 poin. Sektor perdagangan, hotel dan restoran juga meberikan kontribusi sebesar 1,41 poin dengan pertumbuhan 6,42 persen.  Sementara sektor jasa-jasa dan sektor konstruksi yang masing-masing tumbuh sebesar 7,46 persen dan 5,74 persen, menyumbang pertumbuhan masing-masing sebesar 0,88 dan 0,6 poin.
Sektor industri pengolahan, sebagai salah satu sektor andalan tumbuh sebesar 2,43 persen, dengan sumbangan terhadap pertumbuhan sebesar 0,34 persen. Sedangkan untuk sektor-sektor yang kontribusinya terhadap PDRB dibawah 1 persen seperti sektor pertanian, sektor pertambangan-penggalian, dan sektor listrik-gas-air bersih menyumbang pertumbuhan sangat kecil yakni kurang dari 0,1 poin.


Pertumbuhan Ekonomi Triwulan I Tahun 2014
Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan I/2014 tumbuh sebesar 0,32 persen (q to q), sedikit melambat bila dibandingkan triwulan IV/2013 (sebesar 1,55 persen). Kondisi ini dapat dikatakan cukup baik mengingat secara musiman biasanya selalu terjadi penurunan aktivitas seluruh sektor ekonomi ditriwulan I pada setiap tahun.
Pada triwulan I, hampir semua sektor (kecuali sektor pengangkutankomunikasi, sektorkeuanganreal estatejasa perusahaan dan sektor jasa) mengalami kontraksi. Sektor konstruksimengalami kontraksi yang paling besar yaitu sebesar minus 2,19 persen kemudian sektor perdaganganhotelrestoran tumbuh minus 1,11 persen dan sektor listrikgasair bersih tumbuh minus 0,91 persen.Sektor pertanian tumbuh minus 0,50 persen, sektor pertambanganpenggalian tumbuh minus 0,41persen dan sektor industri pengolahan tumbuh minus 0,02 persen.
Sementara itu pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor pengangkutankomunikasi, yaitusebesar 2,12 persen, selanjutnya diikuti oleh sektor keuanganreal estatejasa perusahaan sebesar 1,01persen dan sektor jasajasa sebesar 0,78 persen.




PDRB DKI Jakarta triwulan I/2014 jika dibandingkan dengan triwulan I/2013 (y on y) tumbuhsebesar 5,99 persen. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor pengangkutankomunikasi yaknisebesar 10,63 persen, kemudian diikuti oleh sektor jasajasa sebesar 7,60 persen, sektor konstruksisebesar 5,77 persen, sektor perdaganganhotelrestoran sebesar 5,61 persen, sektor sektor keuanganrealestatjasa perusahaan sebesar 4,58 persen, sektor industri pengolahan sebesar 3,91 persen, sektorlistrikgasair bersih sebesar 2,14 persen, dan sektor pertanian sebesar 1,53 persen. Sementara sektorpertambanganpenggalian tumbuh minus 1,56 persen.


PDRB DKI Jakarta triwulan I/2014 jika dibandingkan dengan triwulan I/2013 (y on y) tumbuhsebesar 5,99 persen. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh sektor pengangkutankomunikasi yaknisebesar 10,63 persen, kemudian diikuti oleh sektor jasajasa sebesar 7,60 persen, sektor konstruksisebesar 5,77 persen, sektor perdaganganhotelrestoran sebesar 5,61 persen, sektor sektor keuanganrealestatjasa perusahaan sebesar 4,58 persen, sektor industri pengolahan sebesar 3,91 persen, sektorlistrikgasair bersih sebesar 2,14 persen, dan sektor pertanian sebesar 1,53 persen. Sementara sektorpertambanganpenggalian tumbuh minus 1,56 persen,
Kajian lain yang menarik untuk dicermati adalah besarnya sumbangan masingmasing sektordalam menciptakan laju pertumbuhan ekonomi di DKI Jakarta selama periode tertentu. Sektorsektorekonomi dengan nilai nominal besar tetap akan menjadi penyumbang terbesar bagi pertumbuhanekonomi meskipun pertumbuhan sektor yang bersangkutan relatif kecil. Begitu pula sebaliknya.
Pada triwulan I/2014, pertumbuhan yang terjadi didorong oleh pertumbuhan yang diberikanoleh sektorpengangkutankomunikasi, sektor keuanganreal estatejasa perusahaan, sektorperdaganganhotelrestoran, sektor jasajasa, sektor konstruksi dan sektor industri pengolahan. Sektor-sektor tersebut mampu menyumbang cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta.Sedangkan sektor pertanian, sektor pertambanganpenggalian, dan sektor listrikgas bersihmenyumbang pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta sangat kecil.

Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2015

Pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta terus meningkat sejak triwulan III-2015. Ini menunjukkan perekonomian ibu kota mulai bangkit setelah mengalami pelemahan di awal tahun lalu. 

Rilis data PDRB oleh BPS memberikan gambaran tersebut melalui revisi angka PDRB (sejak tahun 2013) yang semakin meningkatkan angka pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta. 

Di triwulan terakhir tahun 2015, perekonomian DKI Jakarta dapat meningkat mencapai 6,48% (yoy) melanjutkan peningkatan yang sudah terjadi pada triwulan sebelumnya, sebesar 6,12% (yoy).

Dorongan dari dua triwulan terakhir ini mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta sehingga untuk keseluruhan tahun 2015 dapat tumbuh mencapai 5,88%, tidak jauh berbeda dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 5,91%. 

Perkembangan ini memperlihatkan pertumbuhan ekonomi Jakarta mampu tumbuh stabil di tengah perekonomian nasional yang mengalami pelemahan dari 5,02% menjadi 4,79% di tahun ini.

Dorongan peningkatan pertumbuhan pada triwulan IV-015 terutama berasal dari gencarnya realisasi anggaran belanja baik dari Pemerintah pusat maupun Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta, serta adanya dorongan yang cukup tinggi dari sisi produksi terutama pada sektor industri, transportasi, komunikasi dan jasa keuangan. 

Peningkatan realisasi belanja APBD DKI Jakarta, yang didorong oleh berbagai program percepatan belanja oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta serta peningkatan belanja pemerintah pusat melalui Kementerian dan Lembaga yang ada di Jakarta, berdampak signifikan pada meningkatnya konsumsi pemerintah DKI Jakarta. 

"Sementara itu, kondisi permintaan belum mengalami penguatan dengan konsumsi rumah tangga dan investasi sektor swasta yang masih tumbuh lemah. Demikian halnya dengan permintaan eksternal, lemahnya ekonomi global masih berdampak pada pertumbuhan ekspor yang masih menurun pada triwulan ini," kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia DKI Jakarta, Doni P. Joewono, dalam siaran pers, Senin (8/2/2016).

Dengan perkembangan tersebut, perbaikan pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan terus berlanjut pada tahun 2016. Realisasi angka pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi dan stabilitas ekonomi makro yang tetap terjaga diharapkan dapat memberikan ekspektasi positif untuk mendorong pertumbuhan investasi swasta. 

Ia menambahkan, kondisi tersebut didukung pula oleh penurunan suku bunga, implementasi berbagai Paket Kebijakan Pemerintah serta dukungan stimulus fiskal, khususnya pada pembangunan proyek infrastruktur di ibu kota. 

Konsumsi rumah tangga sebagai motor penggerak perekonomian juga diperkirakan meningkat sejalan dengan peningkatan optimisme konsumen, sebagaimana tercermin pada peningkatan Indeks Tendensi Konsumen (BPS) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (BI).

Kantor Perwakilan Bank Indonesia DKI Jakarta akan terus memonitor berbagai perkembangan baik di tingkat regional, nasional, maupun eksternal, sekaligus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta untuk terus mendorong pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta.


Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2016

Tren peningkatan pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta sedikit tertahan pada kuartal III 2016. PDRB provinsi ini tercatat tumbuh 5,75 persen (yoy) pada kuartal ini, lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama di tahun lalu yang sebesar 5,86 persen (yoy), dan berada di bawah perkiraan Bank Indonesia (BI). 

Kepala Perwakilan B Provinsi DKI Jakarta, Doni P Joewono‎ menjelaskan, sumber utama terjadinya perlambatan tersebut akibat pelemahan konsumsi pemerintah dan rumah tangga.

"Serapan belanja APBD DKI Jakarta yang cukup baik hingga triwulan III 2016 tidak diimbangi dengan penyerapan belanja APBN melalui Kementerian atau Lembaga," kata Doni di Jakarta, Selasa (8/11/2016).
Doni menjelaskan, pada kuartal ini belanja K/L menurun tajam akibat adanya pengetatan belanja pemerintah terkait dengan shortfall penerimaan pajak. 

Besarnya peran belanja Kementerian/Lembaga dalam komponen pengeluaran pemerintah di Provinsi DKI Jakarta berdampak pada lebih rendahnya pertumbuhan konsumsi pemerintah di Jakarta. 

Konsumsi rumah tangga juga menunjukkan perlambatan pada kuartal III 2016, terutama pada konsumsi transportasi, akomodasi, dan pendidikan yang terdampak pelaksanaan libur panjang di awal triwulan. 

"Pelemahan konsumsi rumah tangga tersebut juga tercermin dari turunnya penjualan mobil dan Indeks Tendensi Konsumen," tegas Doni.

Sementara itu, realisasi belanja modal pemerintah melalui proyek-proyek infrastruktur transportasi di DKI Jakarta, seperti MRT dan LRT mulai berdampak pada menguatnya kinerja investasi.
Namun, membaiknya realisasi pembangunan infrastruktur oleh pemerintah tersebut masih belum diimbangi oleh aktivitas investor swasta yang masih melanjutkan perilaku wait-and-see. 

Meningkatnya belanja modal pemerintah, terutama terkait proyek-proyek infrastruktur, mendorong membaiknya kinerja lapangan usaha konstruksi. Di samping itu, peningkatan kunjungan wisman ke DKI Jakarta pada kuartal ini berdampak positif bagi kinerja ekspor barang dan jasa.

Peningkatan pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta diperkirakan masih akan tertahan pada kuartal IV 2016. Terbatasnya ruang fiskal terkait shortfall pajak akan menyebabkan kian melambatnya konsumsi pemerintah dalam mendorong kegiatan ekonomi. 

Di sisi lain, peran swasta dalam perekonomian diperkirakan masih terbatas terkait dengan masih tingginya ketidakpastian usaha, terutama selama proses pemilihan Gubernur DKI Jakarta berlangsung.
Meskipun demikian, percepatan realisasi belanja modal pemerintah diperkirakan dapat menahan perlambatan pertumbuhan ekonomi Jakarta lebih lanjut. Hal ini sejalan dengan rencana pemerintah untuk terus mendorong pembangunan infrastruktur.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi DKI Jakarta akan terus memonitor berbagai perkembangan baik di tingkat regional, nasional, maupun eksternal, sekaligus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk terus mendorong pertumbuhan ekonomi DKI Jakarta.

Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2017
Kadin DKI memprediksi pertumbuhan ekonomi Jakarta tahun ini bisa mencapai 6%, bahkan lebih. Pertumbuhan ekonomi di Jakarta ini diprediksi meningkat dari tahun lalu. 

"Kita berharap pertumbuhan ekonomi, melihat dari situasi kan akibat dari perdagangan yang berjalan sekarang ini cukup signifikan adanya kecenderungan kenaikan. Kita harapkan bisa di atas 6% tahun naik dari 2016 5,7% karena DKI kan pertumbuhan ekonominya lebih tinggi daripada nasional," ujar Ketum Kadin DKI, Eddy Kuntadi, dalam Rapimnas Provinsi IV DKI, di Hotel JS Luwansa, Jakarta Selatan, Selasa (21/3/2017).

Laju pertumbuhan itu ditopang sektor jasa yang selama ini berkontribusi 60% terhadap pertumbuhan ekonomi di Jakarta.

"Misalnya jasa, perdagangan, hotel, bengkel. Hampir 60% itu kontribusi di bidang jasa," kata Eddy.

Sementara itu, Wakil Ketua Kadin DKI Sarman Simanjorang berharap pemimpin DKI Jakarta terpilih nantinya juga pro terhadap pengusaha.

"Kita harapkan itu bisa pro bisnis. Nah itu tidak pernah tembus 6% hanya 5,7%, padahal dari segi potensinya itu sangat terbuka. Cuma di sini ada kebijakan-kebijakan yang perlu ditinjau kembali bahwa jangan sampai kebijakan itu di satu sisi menguntungkan sekelompok tapi di satu sisi merugikan kelompok lainnya," kata Sarman.

Ia berharap pembangunan ekonomi di Jakarta bisa dilakukan bersama antara pengusaha besar dengan UKM. 

"Berkeadilan itu berikan lah semua potensi yang ada di Jakarta, pelaku usaha untuk membangun ekonomi di Jakarta bersama-sama, bukan kelompok yang besar-besar saja tapi yang kecil berikan porsinya dengan standar mutu yang ada. Kalau ditemukan ada UKM yang abal-abal, dengan adanya standar yang ada mau tidak mau UKM itu harus profesional kalau tidak dia bakal binasa sendiri UKM itu dibina jangan dibinasakan," ungkapnya.


Referensi:

Kelompok 10 1EB11:
·         Annisa Dian Pratiwi (20216940)
·         Nafila Qinananti Alifyanur Rachmanda (25216287)
·         Syafa Devi Wicinda (27216216)