Wednesday 14 June 2017

Curriculum Vitae

Daftar Riwayat Hidup


Daftar Pribadi
Nama                                     : Nafila Qinananti Alifyanur Rachmanda
Tempat & tanggal lahir           : Jakarta, 19 April 1998
Alamat                                   : Jl. Pengadegan Selatan VI RT 009, RW 03, Pengadegan, Pancoran,   Jakarta Selatan, 12770
Jenis Kelamin                         : Perempuan
Agama                                   : Islam
Kewarganegaraan                 : Indonesia
Status                                    : Belum menikah
Email                                     : nafilalifyanur@gmail.com


Pendidikan Formal
Ø  Sekolah Dasar Islam Terpadu Mamba’ul-‘ula Jakarta Timur
Ø  Sekolah Menengah Pertama Negeri 41 Jakarta Selatan
Ø  Sekolah Menengah Atas Negeri 38 Jakarta Selatan
Ø  Universitas Gunadarma Margonda

Pendidikan Non Formal
Ø  Kumon : level A s/d J
Ø  Lembaga Bahasa & Pendidikan Profesional LIA : ET (English for Teens) level 4-12, EA (English for Adults) level 4-9 dan HI (High Intermediate) level 4-12.


    Organisasi
Ø  Anggota paskibra SMPN 41 Jakarta
Ø  Anggota rohis Radiance SMAN 38 Jakarta
Ø  Sekretaris 1 musik Musicote SMAN 38 Jakarta periode 2015-2016

Ø  Ketua fotografi Photamote SMAN 38 Jakarta periode 2015-2016


Neraca Pembayaran Indonesia Terhadap Kuba

Indonesia dan Kuba Perkuat Kerja Sama Pertanian
Kementerian Pertanian RI dan Kementerian Pertanian Republik Kuba menyepakati Memorandum Saling Pengertian (MSP) mengenai Kerja Sama Pertanian yang ditandatangani pada Rabu (18/3/2015) di Jakarta. Penandatanganan Memorandum Saling Pengertian dilakukan oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian, Hari Priyono, mewakili Pemerintah RI, dan Duta Besar Kuba di Jakarta, Y.M. Enna Viant Valdes, mewakili Pemerintah Kuba.

“Penandatanganan Memorandum tersebut merupakan pelaksanaan diplomasi ekonomi yang memberikan manfaat bagi rakyat”, demikian disampaikan Direktur Amerika Selatan dan Karibia, Musthofa Taufik Abdul Latif. Indonesia ingin memperkaya acuan dalam pengembangan pertanian dan pencapaian swasembada gula nasional mengingat keunggulan yang dimiliki Kuba di bidang pertanian dan industri gula tebu dan tembakau.

Memorandum ini merupakan dasar hukum kerja sama peningkatan kapasitas SDM di bidang pertanian serta pengembangan teknologi dan kebijakan. Bentuk-bentuk kegiatan kerja sama meliputi pertukaran informasi dan dokumen ilmiah dan teknis, transfer teknologi, dan penelitian bersama. Pemerintah kedua negara juga bersepakat untuk mendorong keterlibatan pihak swasta di kedua negara dalam produksi pertanian dan pemasaran komoditi pertanian.

Indonesia dan Kuba telah menjalin hubungan baik sejak era pemerintahan Presiden Soekarno dan Presiden Fidel Castro. Kedua negara telah mengembangkan kerja sama di berbagai bidang, antara lain bidang kesehatan, olah raga, sosial budaya, perdagangan, serta kerja sama antar kantor berita, untuk mengisi hubungan diplomatik yang diresmikan tahun 1960.

Total perdagangan bilateral RI-Kuba pada tahun 2014 sebesar US$ 4,65 juta dengan nilai ekspor Indonesia sebesar US$ 2,75 juta dan impor Indonesia sebesar US$ 1,90 juta. Jenis produk dari Indonesia yang sudah memasuki pasar Kuba antara lain produk-produk dari kertas, sabun, sepatu, produk dari plastik, dan furniture. Sejumlah produk Indonesia juga berpotensi untuk dipasarkan di Kuba, yaitu peralatan industri, crude palm oil, kabel, ban, tangki penyimpanan minyak, tekstil, sepeda, dan payung. Produk impor Indonesia dari Kuba antara lain cerutu dan obat-obatan, khususnya vaksin. (TGR/Kemlu RI)




Hubungan Indonesia dengan Kuba mengacu pada hubungan bilateral Republik Kuba dengan Republik Indonesia. Selama pemerintahan presiden pertama Indonesia, Soekarno di tahun 1960-an Indonesia dan Kuba memiliki hubungan yang sangat dekat. Hubungan antara kedua negara sebagian besar difokuskan pada Kuba memiliki kedutaan besar di Jakarta, sedangkan Indonesia memiliki kedutaan besar di Havana yang juga merangkap Persemakmuran Bahama dan Jamaika. Kedua negara adalah anggota penuh dari Gerakan Non-Blok dan sekutu dalam Kelompok 77 dan Forum Kerja Sama Asia Timur dengan Amerika Latin

INFORMASI UMUM
Ibu Kota
Havana(WIB –11)
Suku Bangsa
Putih (white) 72,8%, Hitam (black) 12,4%, campuran (mulatto) 14,5%, Asia 0,3%.
Kepala Negara / Pemerintahan
Presiden Raúl Castro Ruz
Menteri Luar Negeri
Bruno Rodriguez Parilla
Agama
Katolik 60%, Protestan5%, lainnya 11%, tidak beragama24%
Luas Wilayah
110.860km2
Bahasa
Spanyol 90% (resmi), Haitian Creole, Lucumi, Catalan, English.
Populasi
11,26 juta jiwa
KONDISI EKONOMI
HUBUNGAN BILATERAL DENGAN INDONESIA
GDP
US$ 77,15miliar (Bank Dunia, 2013)
Komoditas ekspor utama RI
lemari es dan peralatannya, mesin dan perlengkapan kelistrikan, alas kaki, karet, plastik, tekstil dan produk tekstil, kertas, sabun
GDP per Kapita
US$ 6.848(Bank Dunia, 2013)
Pertumbuhan Ekonomi
2,7 % (Bank Dunia, 2013)
Komoditas impor utama RI
cerutu dan obat-obatan khususnya vaksin dan minuman beralkohol
Inflasi
5,3% (Trading Economics, 2014)
Industri Unggulan
Obat-obatan dan kesehatan,

Ekspor Utama
gula, nikel, tembakau, ikan, obat-obatan, jeruk, kopi
Tujuan Ekspor Utama
Venezuela, China, Kanada, Belanda, Singapura, Spanyol, Perancis, Brasil, Russia, dan Italia
Impor Utama
Bahan bakar minyak, makanan, mesin dan peralatan, bahan kimia
Asal Impor Utama
Venezuela, China, Spanyol, Kanada, AS, dan Brasil
Catatan:
  • Aktivitas perdagangan antara Indonesia dan Kuba masih banyak dilakukan melalui pihak ketiga seperti Panama, Meksiko, dan Spanyol. Kemdag mencatat bahwa share perdagangan Indonesia-Kuba dalam tiga tahun terakhir baru sebesar 0,01% dari total perdagangan Indonesia dengan negara-negara lain (Directory of Indonesian Exporters 2011-2012,Kementerian Perdagangan). Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia masih memiliki peluang yang sangat besar untuk menembus pasar Kuba. Indonesia merupakan mitra impor ke-33 dan mitra ekspor ke-46 bagi Kuba (data European Commission)
Catatan:
  • Nilai perdagangan tahun 2014 mengalami penurunan drastis disebabkan adanya penurunan pembelian sejumlah produk ekspor Indonesia yaitu produk kertas, produk sabun, produk tembakau lainnya, produk rumah tangga lainnya dari plastik, dan produk karet. Penurunan nilai ekspor ini terlihat cukup signifikan dengan penurunan mencapai 66%. Pada Januari – Juni 2015 ekspor Indonesia meningkat sebesar 285,1% bila dibandingkan periode yang sama tahun 2014.


Data Perdagangan RI-Kuba (dalam ribuan US$)
Uraian
2013
2014
Trend(%) 2010-2014
Jan-Jun
Perub.(%) 2015/2014
2014
2015
TOTAL PERDAGANGAN
13.898,8
4.654,8
-16,01
1.512,2
3.410,0
125,50
EKSPOR
13.518,6
2.748,0
-22,08
622,3
2.396,6
285,10
IMPOR
380,2
1.906,8
-3,53
889,9
1.013,4
13,89
NERACA PERDAGANGAN
13.138,3
841,1
-36,35
-267,5
1.383,2
617,06
















 Nama Kelompok:
·                     Annisa Dian Pratiwi (20216940)
·                     Nafila Qinananti A.R (25216287)
·                     Syafa Devi Wicinda (27216216)

Referensi:



Pertumbuhan Ekspor Indonesia Terhadap Jerman


Negara asal impor Jerman pada periode Januari-Maret 2015, selain dari kawasan Uni Eropa juga dari 1 negara Asia yaitu : China. Impor Jerman dari Belanda sebesar € 31,36 miliar, dengan pangsa 13,37%, turun sebesar 0,96%; Perancis sebesar € 18,82 miliar, (8,03% ) dan turun 1,20% ; China sebesar € 18,34 miliar, (7,82%) dan naik 26,62%, serta Belgia sebesar € 14,20 miliar, (6,06%) dan naik 0,04%. Keempat negara tersebut, memberi kontribusi sebesar 35,26% terhadap total impor Jerman pada periode ini. Vietnam dan Malaysia merupakan negara-negara ASEAN yang tercatat sebagai negara asal impor Jerman dengan peringkat masing-masing ke-26 dan ke-29. Sementara itu, Indonesia posisinya berada di peringkat ke-37. Sementara itu, Pilipina dan Singapura posisinya dibawah peringkat Indonesia yaitu di peringkat ke-40 dan ke-43.

Perkembangan perdagangan bilateral Jerman dengan Indonesia
1.    Pada periode Januari-Maret 2015, total perdagangan Jerman dengan Indonesia tercatat senilai € 1.450,20 juta, naik sebesar 6,72% dibandingkan dengan total perdagangan periode yang sama tahun 2014, dengan nilai € 1.358,86 juta. Realisasi total perdagangan tersebut terdiri dari ekspor senilai € 653,87 juta, dan impor sebesar € 796,33 juta. Apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2014, ekspor naik sebesar 5,00%. Dan, impor juga naik sebesar 8,18%. Sehingga, neraca perdagangan antara Jerman dengan Indonesia pada periode Januari-Maret 2015 tercatat surplus bagi Indonesia sebesar € 142,46 juta, atau meningkat sebesar 25,69% dibanding periode Januari-Maret 2014 dengan surplus sebesar € 113,34 juta.

2.    Impor Jerman dari Indonesia pada periode Januari-Maret 2015 terdiri dari :
· Coconut "Copra", Palm Kernel Or Babassu Oil & Fractions Thereof (HS 1513) meningkat sebesar 10,39%, dari € 80,59 juta menjadi € 88,96 juta;
· Footwear With Outer Soles Of Rubb, Plast, Leath Or Comp Leath (HS 6403) meningkat sebesar 24,62%, dari € 32,98 juta menjadi € 41,10 juta;
· Palm Oil & Its Fractions, Whether Or Not Refined (HS 1511) meningkat sebesar 10,77%, dari € 32,32 juta menjadi € 35,80 juta;
· Footwear With Outer Soles Of Rubb, Plast, Lea Or Comp Lea & Uppers Of Text (HS 6404) meningkat sebesar 22,21%, dari € 23,95 juta menjadi € 29,27 juta.

3.    Pada periode Januari Oktober 2015 impor Jerman dari Indonesia mengalami peningkatan sebesar 10,99% dibanding periode sebelumnya. Sedangkan impor Jerman dari negara pesaing utama Indonesia mengalami perubahan sebagai berikut: Belanda (+4,01%), Perancis (+0,08%), China (+14,35%), Belgium (-0,06%), dan Itali (-0,88%). Di sisi lain impor Jerman dari negara-negara Asean mengalami perubahan sebagai berikut: Vietnam (+35,48%), Malaysia (+16,73%), Philippines (+12,91%), Singapore (+6,21%) dan Thailand (+11,71%).

4.    Pada periode Januari Oktober 2015 Ekspor non-migas Indonesia ke Jerman mencapai nilai Euro 2.613,06 juta atau 99,99% dari total ekspor Indonesia yang mencapai nilai Euro 2.614,06 juta. Bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2014, dimana ekspor non-migas Indonesia tercatat sebesar Euro 2.354,96 juta maka mengalami kenaikan sebesar 9,88%, Posisi Indonesia terhadap impor Jerman berada di urutan ke-37, sedangkan pada tahun 2014 Indonesia masih menempati urutan yang ke-38. Negara pesaing utama Indonesia adalah Belanda yang berada di urutan pertama, sedangkan dari wilayah ASEAN, Vietnam yang berada diurutan ke-25, Malaysia diurutan ke-29 dan Thailand di urutan 33. Produk utama yang diekspor oleh Indonesia ke Jerman, dihitung dari urutan pertama adalah kopra kelapa, alas kaki, minyak kelapa sawit, karet serta layar komputer dan perangkat elektronik yang lain.






Nama Kelompok:
·                     Annisa Dian Pratiwi (20216940)
·                     Nafila Qinananti A.R (25216287)
·                     Syafa Devi Wicinda (27216216)



Referensi:
http://www.kemendag.go.id/files/pdf/2016/03/02/report-1456912316.pdf

Saturday 3 June 2017

Revolusi Industri Manufaktur di Indonesia

Revolusi  Industri adalah perubahan besar dalam bidang produksi dengan tenaga mesin yang menggantikan tenaga manusia untuk melakukan kegiatan produksi. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), Revolusi berarti “perubahan yang mendasar dalam suatu bidang” sedangkan Industri berarti “kegiatan memproses atau mengolah barang dengan menggunakan sarana dan peralatan (misal: mesin)”, jadi pengertian Revolusi Industri secara sederhana yaitu Perubahan secara mendasar pada bidang produksi barang dengan menggunakan peralatan baru.
Revolusi Industri ini pertama kali muncul di Inggris melalui banyak percobaan yang dilakukan selama ± 50 tahun dan menghasilkan penemuan-penemuan baru yang menggantikan tenaga manusia. Istilah Revolusi Industri ini pertama kali dikenalkan oleh Friedrich Engels dan Louis-Auguste Blanqui pada pertengahan abad ke-19. Perubahan karena Revolusi Industri ini mempengaruhi kehidupan sosial, ekonomi dan politik masyarakat yang terkena Revolusi Industri dan merubah kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkan, pembagian sistem dan tata kerja Industri dan proses pemasarannya.  Latar belakang adanya Revolusi Industri adalah karena Inggris memiliki modal yang cukup untuk mengembangkan Industri, kekayaan alam Inggris berupa barang tambang, ketekunan masyarakat Inggris dalam mengambangkan alat teknologi melalui penelitian ilmiah dan letak negara Inggris yang strategis di Laut Atlantik yang merupakan jalur perdagangan Eropa-Amerika.
Pada pertengahan abad ke-19, Revolusi Industri mencapai puncaknya setelah mengalami perkembangan. Sekitar tahun 1850, kemajuan teknologi dan ekonomi mendapatkan momentum dengan berbagai perkembangan mesin, diantaranya mesin tenaga uap, rel kereta api dan di akhir abad berkembang mesin pembangkit listrik dan mesin kombusi dalam.
Proses Revolusi Industri di Eropa melalui beberapa tahap perkembangan, yaitu :
1.      Domestic System (Tahap kerajinan rumah),
2.      Manufactur (industrialisasi/pembangunan pabrik),
3.      Factory System (Tahap industrialisasi peralatan produksi)

Revolusi Industri sendiri sampai ke Indonesia sekitar abad ke-19 melalui para penjelajah Inggris dan Belanda yang berlayar dan bertujuan untuk mencari rempah-rempah di Indonesia pada era Imperialisme modern dan sekaligus menerapkan  Industrialisasi di Indonesia.  Revolusi ini tidak mendapat penolakan dan perlawanan dari rakyat Indonesia karena pada saat itu Indonesia masih di bawah kekuatan kolonial, akibatnya masyarakat dipaksa untuk menerima sistem perubahan besar ini. Dan pada saat pemerintahan kolonial tersebut, berbagai macam sistem diterapkan oleh pemerintah dan beberapa kaum majikan, diantaranya ada culture stelsel, politik pintu terbuka, politik etis dan sistem land rent.
Pada awal abad ke-18 dan ke-19, Indonesia yang saat itu masih dalam pengaruh kekuasaan bangsa asing yaitu Belanda dan Inggris membawa dampak dan perubahan yang cukup besar dalam kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat Indonesia, antara lain :
1.      Indonesia menjadi daerah eksploitasi karena sumber daya alamnya yang bisa dimanfaatkan dan diperlukan sebagai bahan baku industry bangsa Barat.
2.      Masuknya para pemodal asing yang mendirikan pabrik-pabrik besar, seperti pabrik gula dan pabrik kopi.
3.      Mulai adanya sistem pembagian kerja dengan berdirinya pabrik-pabrik yang ada.
4.      Mulai diadakan pembangunan jalur darat secara besar-besaran oleh pemerintah kolonial di Pulau Jawa untuk  melancarkan mobilitas dan kegiatan perdagangan, terutama di bidang transportasi kereta api.
5.      Terjadi urbanisasi besar-besaran di kota-kota besar di Pulau Jawa terutama Jakarta dan Surabaya untuk mendapatkan pekerjaan di Industri.
6.      Pemerintah kolonial mengenalkan masyarakat Indonesia dengan teknologi canggih untuk melancarkan produksi barang.
7.      Perubahan paham Kapitalisme Muda (neo capitalism) yang berkembang menjadi Kapitalisme Modern (modern capitalism).

Namun, dari dampak positif yang diberikan Revolusi Industri ini kepada Indonesia juga ada dampak negatifnya, antara lain :
1.      Upah buruh yang ditentukan oleh majikan tergolong rendah.
2.      Munculnya pertentangan antara kaum proletar (buruh) dengan kaum borjuis (majikan).
3.      Kaum buruh menjadi objek pemerasan kaum majikan dengan cara bekerja dengan waktu yang diperpanjang atau dengan waktu hampir satu hari tetapi dibayar dengan upah rendah.
Dengan adanya dampak-dampak negatif tersebut, pemerintah berusaha mengatur industri-industri tersebut agar dikelola dan diatur oleh pemerintah supaya kepentingan-kepentingan buruh dapat terjamin. Keputusan pemerintah ini juga mendorong munculnya paham sosialisme di Indonesia.
Dengan adanya dampak-dampak negatif tersebut, pemerintah berusaha mengatur industri-industri tersebut agar dikelola dan diatur oleh pemerintah supaya kepentingan-kepentingan buruh dapat terjamin. Keputusan pemerintah ini juga mendorong munculnya paham sosialisme di Indonesia.
Pengaruh Revolusi Industri di bidang Ekonomi pada saat itu ditandai dengan  pembangunan daerah-daerah industri yang dilakukan secara besar-besaran dan berpengaruh tidak hanya pada kuantitas barang yang produksi tapi juga pada kualitas barang yang ikut turut serta mendorong masyarakat dan kaum borjuis untuk memperbaiki hasil produksi mereka.
Pengaruh Revolusi ini di bidang politik juga dapat dilihat dari adanya kesenjangan antara kaum proletar dengan kaum borjuis yang menimbulkan kesenjangan sosial, munculnya paham-paham baru yang menggantikan atau melengkapi paham sebelumnya telah ada, dan berkembangnya paham Liberalisme yang pada awalnya hanya berkembang di Inggris ketika berlangsung Revolusi Agraria dan Revolusi Industri ini.
Dalam bidang Sosial, Revolusi ini juga berpengaruh bahkan sampai era Reformasi saat ini. Ini bisa dibuktikan dengan beberapa kejadian yang setiap tahunnya selalu berulang, yaitu Demo Buruh. Demo Buruh selalu dituntut oleh kaum buruh karena sejak masa awal pengaruh Revolusi Industri di Indonesia, kaum buruh sudah menjadi objek pemerasan kaum majikan dengan cara bekerja dengan waktu lebih tetapi dibayar dengan upah rendah. Ini menunjukkan jika masyarakat menyikapi Revolusi Industri saat ini berbeda dengan kaum buruh saat itu yang menganggap Revolusi Industri sebagai sebuah sistem. Di era saat ini, Revolusi Industri sudah menjadi penyebab berbagai macam masalah yang dituntut penyelesaiannya oleh kaum buruh, misalnya saja masih ada konflik antara penetapan dan pemberian UMR bagi para buruh yang dinilai kurang sesuai dengan penetapan jam kerja dan tenaga yang mereka gunakan untuk bekerja, kasus lainnya juga ada masalah outsourcing atau sistem kerja kontrak yang juga merugikan para pekerja yang sewaktu-waktu bisa diberhentikan dari pekerjaannya dan para buruh juga menuntut agar sistem outsourcing ini bisa dihapuskan oleh pemerintah, masalah lainnya juga yang paling banyak menyebabkan masyarakat Indonesia menjadi pengangguran adalah kurangnya lapangan kerja bagi mereka yang kalah saing dalam hal kualitas serta rendahnya rasa sadar diri untuk bisa menciptakan peluang usaha dan bukannya hanya bergantung pada kaum borjuis sebagai penyedia lapangan kerja. Permasalahan tersebut juga tidak lepas dari adanya kesenjangan sosial antara kaum protelar dengan kaum borjuis yang berlangsung sejak awal Revolusi Industri berpengaruh.
Revolusi Industri yang berkembang pada awal abad ke-19 masih bisa kita rasakan saat ini, khususnya di bidang teknologi yang semakin maju pesat dengan adanya penemuan-penemuan baru atau pengembangan  dari sistem/teknologi sebelumnya yang mempengaruhi kehidupan saat ini. Pesatnya perkembangan IPTEK dan kualitas sumber daya manusia yang semakin mengejar target juga tidak lepas dari Revolusi Industri. Berbagai alat transportasi mulai dari jalur darat, laut dan udara selalu ada perkembangan seperti berkembangnya satu sistem kereta api yang akan selalu diperbarui seiring dengan bertambahnya pengetahuan manusia sebagai sumber daya yang memproduksi barang tersebut sebagai contoh hasil pengembangan teknologi yang telah dirintis pasa masa revolusi industri. Berbagai macam alat-alat canggih saat ini merupakan bukti dari kemajuan teknologi yang telah dirintis sejak Revolusi Industri.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia di bidang manufaktur diprediksi akan berada di posisi tiga besar setelah Tiongkok dan India. Penjelasan tersebut disampaikan Komisaris Independen BCA dan Unilever Indonesia Cyrillus Harinowo dalam acara diskusi Kebangkitan Industri Manufaktur Indonesia di Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEE) Universitas Gadjah Mada (UGM). "Saat ini Indofood, Wings, Mayora, Garuda Foods, ABC, Dua Kelinci, Teh Sosro, Ultra Jaya adalah nama para pemain lokal yang semakin menggurita”. Bangkitnya industri manufaktur Indonesia ditunjukkan dengan mulai menguasai pangsa pasar dunia. Oleh karena itu, kekuatan ekonomi ini menjadi modal bagi Indonesia untuk menuju ASEAN Economic Community pada tahun 2015. Kebangkitan industri Indonesia telah terjadi dan jauh melampaui laporan Badan Pusat Statistik (EPS). Industri makanan dan minumanpertumbuhannya telah mencapai double digit Bidang industri otomotif mesin dan elektronik jugamengalamai pertumbuhan pesat di atas 20 persen. la mengatakan, berdasarkan laporan BPS, industri kayu, pulp, paper dan barang cetakan yang tidak mungkin mengalami pertumbuhan negatif. Sebab pertumbuhhannya didorong oleh indutsri makanan dan minunian, tekstil, eletronika dan farmasi untuk kebutuhan packaging. Namun kenyataannya industri kayu di luar Jawa yang menggunakan HPH justru mengalami penurunan. Sebaliknya industri kayu di Pulau Jawa bangkit dengan pesat. "Salah satunya industri budidaya kayu sengon untuk dijadikan plywood, hardboard yang sangat maju pesat". Dia kemudian mencontohkan perusahaan Sinar Mas untuk minyak sawit, pulp and paper, properti dan industri keuangan telah ekspansi ke Tiongkok dengan mendirikan 21 pabrik pulp and paper. Lokasinya di Hainan dan Guangxi. "Sebagian besar pulp impor dari Indonesia. Lewat Asia Pulp and Paper (APP). Mereka menjadi pemain nomor satu di Tiongkok Mereka juga punya 4 pabrik di Kanada, dan masing-masing satu pabrik di Amerika, Francis, dan Jerman”. Untuk industri tekstil, ia memilih mencontohkan Sritex Solo yang telah membangun pabrik garmen dan unit spinning mill (pemintalan). Sritex kini memiliki 123 unit spinning mill. Padahal untuk membangun satu unit membutuhkan dana sedikitnya Rp 400 miliar. "Benang saja, Tiongkok pesannya ke Sritex. Perusahaan ini juga membuat pesanan baju pakaian militer Nato dan tentara Belanda.”
Industri manufaktur Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang baik. Berdasarkan laporan statistik berjudul “International Yearbook of Industrial Statistics 2016”, industri manufaktur di Indonesia dilaporkan telah memberikan kontribusi hampir seperempat bagian dari produk domestik bruto (PDB) nasional.
Bahkan Direktur Jenderal Orgaisasi Pengembangan Industri Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNIDO) mengakui Indonesia sebagai negara urutan ke-10 dunia di industri manufaktur. “Berdasarkan laporan UNIDO, saat ini Indonesia berhasil mencapai rangking 10 besar negara industri manufaktur di dunia atau top ten manufacturers of the world,” kata Li Yong dalam keterangan tertulisnya, Jakarta, Senin, 16 Mei 2016.
Li Yong melihat industri di Indonesia cenderung bisa bertahan di tengah gempuran ekonomi. Ia pun mengapresiasi kerja sama yang akan dilakukan dengan UNIDO.
Kerja sama ini meliputi 13 Sektor. Saat ini baru ada 5 sektor yang tengah berlangsung. Namun, ke depannya 8 sektor lain juga akan turut dikembangkan. Kerja sama di bidang Industri ini bernilai US$ 40 juta atau setara dengan Rp 528 miliar.
Komitmen ini ditandai dengan penandatanganan UNIDO-Indonesia Country Programme 2016-2020 oleh Menteri Perindustrian RI Saleh Husin dengan Dirjen UNIDO Li Yong. Ke depannya, akan ada delapan proyek lagi yang akan dikembangkan oleh Kementerian Perindustrian.

Nama Kelompok:
·                     Annisa Dian Pratiwi (20216940)
·                     Nafila Qinananti A.R (25216287)
·                     Syafa Devi Wicinda (27216216)


Referensi: