Tuesday 29 May 2018

Leadership.


Pengertian Kepemimpinan
Leadership atau Kepemimpinan adalah proses memengaruhi atau memberi contoh oleh pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Cara alamiah mempelajari kepemimpinan adalah "melakukannya dalam kerja" dengan praktik seperti pemagangan pada seorang seniman ahli, pengrajin, atau praktisi. Dalam hubungan ini sang ahli diharapkan sebagai bagian dari peranya memberikan pengajaran/instruksi.
Kebanyakan orang masih cenderung mengatakan bahwa pemimipin yang efektif mempunyai sifat atau ciri-ciri tertentu yang sangat penting misalnya, kharisma, pandangan ke depan, daya persuasi, dan intensitas. Dan memang, apabila kita berpikir tentang pemimpin yang heroik seperti Napoleon, Washington, Lincoln, Churcill, Sukarno, Jenderal Sudirman, dan sebagainya kita harus mengakui bahwa sifat-sifat seperti itu melekat pada diri mereka dan telah mereka manfaatkan untuk mencapai tujuan yang mereka inginkan.


Peranan Kepemimpinan
Tiap oraganisasi yang memerlukan kerjasama antar manusia dan menyadari bahwa masalah manusia yang utama adalah masalah kepemimpinan. Kita melihat perkembangan dari kepemimpinan pra ilmiah kepada kepemimpinan yang ilmiah. Dalam tingkatan ilmiah kepemimpinan itu disandarkan kepada pengalaman intuisi, dan kecakapan praktis. Kepemimpinan itu dipandang sebagai pembawaan seseorang sebagai anugerah Tuhan. Karena itu dicarilah orang yang mempunyai sifat-sifat istimewa yang dipandang sebagai syarat suksesnya seoran gpemimpin. Dalam tingkatan ilmiyah kepemimpinan dipandang sebagai suatu fungsi, bukan sebagai kedudukan atau pembawaan pribadi seseorang. Maka diadakanlah suatu analisa tentan gunsur-unsur dan fungsi yang dapat menjelaskan kepada kita, syarat-syarat apa yang diperlukan agar pemimpin dapat bekerja secara efektif dalam situasi yang berbeda-beda.
Fungsi yang utama adalah membantu kelompok untuk belajar memutuskan dan bekerja secara lebih efisien dalam peranannya sebagai pelatih seorang pemimpin dapat memberikan bantuan-bantuan yang khas. Yaitu :
·         Pemimpin membantu akan terciptanya suatu iklim sosial yang baik.
·         Pemimpin membantu kelompok dalam menetapkan prosedur-prosedur kerja.
·         Pemimpim membantu kelompok untuk mengorganisasi diri.
·         Pemimpin bertanggung jawab dalam mengambil keputusan sama dengan kelompok.
·         Pemimpin memberi kesempatan kepada kelompok untuk belajar dari pengalaman.

Selain itu, dalam ajaran Islam manusia juga diciptakan sebagai khalifah (pemimpin) di bumi.
Salah satu tugas manusia dijelaskan dalam surah al-Baqarah ayat 30:
وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُونَ
Artinya: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: “Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”(QS. Al Baqarah [2]: 30)
Ayat tersebut menjelaskan tentang rencana Allah Swt. menciptakan manusia adalah diberi mandat sebagai khalifah atau wakil Allah Swt. untuk mengelola bumi. Untuk dapat melaksanakan tugas tersebut dengan baik maka yang harus dilakukan adalah bekerja dengan baik, bekerja dengan baik saja tentu tidak cukup tetapi juga harus dengan semangat yang tinggi. Semangat inilah yang disebut dengan etos.
Ayat lain yang juga menjelaskan tentang tugas manusia sebagai khalifah dijelakan dalam surat Faathir ayat 39:
هُوَ الَّذِي جَعَلَكُمْ خَلَائِفَ فِي الْأَرْضِ فَمَنْ كَفَرَ فَعَلَيْهِ كُفْرُهُ وَلَا يَزِيدُ الْكَافِرِينَ كُفْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ إِلَّا مَقْتًا وَلَا يَزِيدُ الْكَافِرِينَ كُفْرُهُمْ إِلَّا خَسَارًا
Artinya: “Dia-lah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka bumi. Barangsiapa yang kafir, Maka (akibat) kekafirannya menimpa dirinya sendiri. dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kemurkaan pada sisi Tuhannya dan kekafiran orang-orang yang kafir itu tidak lain hanyalah akan menambah kerugian mereka belaka.” (QS. Faathir [35]: 39)
Ayat ini mengisyaratkan bahwa setiap orang bertugas membangun dunia dan berusaha memakmurkannya dengan sebaik-baiknya sesuai dengan petunjuk Allah Swt. Apapun fungsi dan kedudukannya dalam kehidupan sosialnya; apakah dia penguasa atau rakyat biasa, penguasa atau pekerja, dan lain-lain. Manusia sejak awal telah diberi potensi oleh Allah Swt. untuk dapat melakukan tugas tersebut. Dan potensi itu tidak diberikan kepada makhluk selain manusia. Inilah yang menjadikan manusia memperoleh kehormatan dibandingkan dengan makhluk yang lain.
Kesimpulan
Ditiap-tiap individu yang dilahirkan, sudah sepantasnya apabila ia memiliki jiwa kepemimpinan. Bukan hanya untuk memimpin orang lain, melainkan memimpin diri sendiri menuju sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Kepemimpinan juga jangan sampai disalah artikan. Memimpin bukan hanya sekedar memberi perintah kepada yang lain, tetapi turut serta dalam komando yang diperintahkan agar tercapainya suatu tujuan agar maksimal.
Sebagai mahasiswa, jiwa pemimpin merupakan salah satu yang harus ada pada dirinya. Agar tidak mudah diperintah oleh orang lain dan juga dapat mengarahkan ke hal yang lebih baik. Sebagai contohnya, apabila terdapat kerja kelompok, dapat dipastikan salah satu dari anggota tersebut memiliki jiwa kepemimpinan yang lebih menonjol, sehingga dapat menuntun teman-temannya agar pekerjaan terselesaikan dengan baik dan maksimal. Dan anggota kelompok lainnya yang tidak begitu menonjol jiwa kepemimpinannya, dapat memberi saran yang dapat membuat pekerjaan jauh lebih baik lagi. Ketua kelompokpun sudah seharusnya menyaring saran dan masukan yang terbaik dari anggota kelompoknya. Hal yang harus dihindari apabila merasa jiwa pemimpinnya lebih menonjol adalah, memberi perintah kepada yang lain tapi dirinya sendiri tidak melakukan pekerjaan apapun. Atau dengan kata lain, melemparkan tugas kepada anggota karena ia merasa menjadi pemimpin yang tidak harus ambil pusing dengan kegiatan yang lain.

Referensi:


No comments:

Post a Comment